Badruzzaman Busyairi Jurnalis Dan Penulis Muslim Pendiri Partai Bulan Bintang

Badruzzaman Busyairi Jurnalis Dan Penulis Muslim Pendiri Partai Bulan Bintang

Share:

Partaibulanbintang.or.id – BADRUZZAMAN BUSYAIRI berasal dari Tegal Jawa Tengah (Jateng). Lahir tahun 1952. Dalam hidupnya tidak terlepas dari dawah dan pergerakan Islam. Sesuai keahliannya ia lebih banyak berkecimpung dalam dunia pers Islam dan dawah. Ia mulai aktif sebagai wartawan Abadi, koran peninggalan Masyumi, yang dibredel rezim Orde Baru tahun 1977.

Adapun dawah yang dilakukan Badruzzaman bukan hanya dalam tulisan saja. Ia juga aktif melakukan dawah bil lisan, khutbah, ceramah, tausiyah dan memberi kuliah. Ia juga terlibat dalam kegiatan nyata, baik saat di Dewan Dawah, apalagi di Yayasan Pesantren Islam Al Azhar dan lembaga dawah lainnya.

Badruzzaman beberapa kali merintis dan memimpin majalah Islam. Termasuk majalah dawah yang diterbitkan Dewan Dawah Islamiyah Indonesia. Diantaranya Serial Media Dawah (SMD) dan Sahabat (majalah anak anak muslim). Ia bersama H.M. Yunan Nasution, mantan Sekretaris Jendral (Sekjen) Masyumi, bersama sama mengelola Bulletin Dawah. Media ini merupakan bulletin dawah yang pertama kali ada di Indonesia.

Bersama tokoh Masyumi itupun Badruzzaman memimpin Dewan Dawah DKI Jakarta. HM. Yunan sebagai ketua, ia sekretarisnya.

Keberadaan Badruzzaman di lingkungan Dewan Dawah, Kramat Raya 45, Jakarta Pusat membuatnya banyak mengenal tokoh-tokoh central Masyumi. Selain Yunan Nasution, ia juga mengenal baik M. Natsir, Prawoto Mangkusasmito, Burhanuddin Harahap, Mr. Mohammad Roem, Dr. Anwar Harjono SH, Prof. Dr. HM. Rasyidi dan lain lain. Dari kedekatan ini ia dipercaya menulis biografinya. Diantaranya biografi Yunan Nasution dan Burhanuddin Harahap.

Ketika Anwar Harjono bersama tokoh- tokoh Ormas Islam mendirikan Badan Koordinasi Ummat Islam (BKUI), Badruzzaman terlibat di dalamnya. Apalagi ia sebagai penulis sejarah Islam di Indonesia dan tokoh- tokoh Masyumi di Dewan Dawah, dengan sendirinya ia mendukung keputusan BKUI mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB). Ia pun termasuk salah seorang deklarator dan pendiri PBB, bersama tokoh-tokoh Islam lainnya.

Ketika BKUI membentuk kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PBB, Badruzzaman pun masuk di dalamnya. Yusril Ihza Mahendra sebagai Ketua Umum, namanya tercantum sebagai Wakil Sekretaris Jendral (Wasekjen). Ia pun aktif menghadiri rapat-rapat DPP di markas PBB, dan melakukan berbagai kegiatan. Termasuk ia melakukan pembinaan Daerah Pemilihan (Dapil) nya di Tegal. Di Dapil inilah ia menjadi Calon Legislatif (Caleg) DPR RI dari PBB dalam Pemilu 1999.

Walau Badruzzaman tak lolos dalam Pemilu 1999, namun tidak membuatnya berhenti atau meninggalkan kepengurusan PBB. Ia masih tetap aktif di DPP PBB. Sampai berlangsungnya Muktamar I PBB di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

Badruzzaman ikut menyaksikan bagaimana kelompok 16 yang dikomandoi Hartono Marjono SH berusaha menimbulkan kegaduhan di Muktamar I PBB di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta Timur. Namun ia tidak mau ikut ikutan. Ia termasuk orang yang tidak mau terlibat konflik, apalagi dalam gerakan Islam.

Sesudah muktamar Badruzzaman tidak duduk lagi dalam kepengurusan PBB periode 2004-2009. Ia fokus mengurusi dunia dawah dan pendidikan di Dewan Dawah DKI. Jakarta. Setelah Yunan Nasution wafat, ia lebih aktif di Yayasan Pesantren Islam Al Azhar sebagai Sekretaris Umum.

Saat berada di yayasan ini Badruzzaman tetap melakukan aktifitas jurnalis. Selain menulis tentang Sejarah Al Azhar, ia juga menulis biografi tokoh-tokohnya, seperti Ir. H.M. Sanusi dan H. Hariri Hadi. Ia memang dikenal sebagai penulis muslim yang handal, walau hanya lulus sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di Tegal. Ini terbukti, ia sudah menulis 28 judul buku berkaitan dengan tokoh, sejarah dan dawah Islam.

Hingga akhir hayatnya Badruzzaman tidak pernah menyatakan keluar dari PBB, atau loncat ke partai lain yang lebih empuk. Ia tetap berkomitmen pada PBB sekalipun tidak aktif seperti sebelumnya. Ia biasa menanyakan PBB pada teman-teman di Dewan Dawah yang masih aktif di dalamnya. Ia wafat pada 16 Mai 2019 di Bekasi setelah sempat dirawat di RS. (MK.7.8.2020).